Apakah Google Menggunakan “AIfluencer” Untuk Mengalahkan ChatGPT?
Sejak kemunculan ChatGPT bulan November tahun 2022 lalu, para influencer seakan menemukan mainan baru untuk diulas. Setelah melupakan Metaverse, mereka sudah siap dengan konten baru yang diunggah di kanal-kanal media sosial. Boleh jadi, pendapat saya ini bias karena saya hanya memiliki dua media sosial yaitu Twitter dan Linkedin yang memang berisi banyak marketers yang setiap hari memenuhi ruang timeline.
Hampir tiap hari selama beberapa bulan ini timeline berisi hal-hal yang berhubungan dengan ChatGPT dan tentu industri yang memayunginya yaitu Artifical Intelligence. Isi dari konten ChatGPT ini sebagian besar berisi kekaguman kepada ChatGPT, lelucon ketika ChatGPT salah memahami interpretasi ataupun pekerjaan-pekerjaan yang bisa digantikan oleh ChatGPT. Kata kunci “ChatGPT” pun merajai Google Search.

Antarmuka ChatGPT berupa sebuah “dialog box” dimana user akan memasukan pertanyaan atau instruksi yang dinamakan “prompt” agar ChatGPT mengeluarkan output sesuai dengan “query” dari users. Memang banyak hal-hal yang bisa dilakukan ChatGPT secara efisien jika kita mengisi “prompt” dengan benar. Oleh karena itu, tidak heran, ada profesi baru muncul yang bernama “prompt engineer”, seseorang yang dengan kemampuan tinggi untuk menulis “prompt” di ChatGPT. Gajinya bisa lebih dari 300k USD per tahun, meskipun mereka tidak punya kemampuan programming.

Banyak industri yang terancam akan digantikan oleh ChatGPT. Anda seorang penulis? ChatGPT bisa menulis artikel panjang dengan tema yang diinginkan, tergantung prompt yang dimasukkan. Dengan gaya menulis seperti penulis yang dikagumi. Saya sendiri pernah mencoba menggunakan ChatGPT untuk membuat naskah pidato. I am not impressed with the result. Well, mungkin karena kemampuan prompt engineering saya tidak mumpuni.
Anda bingung dengan sintaks untuk menyelesaikan masalah pemrograman? ChatGPT bisa membantu. Masalah SEO, nasihat keuangan atau punya tanda-tanda penyakit? ChatGPT bisa memberikan jawaban yang tampak meyakinkan.
Salah satu industri besar yang terancam adalah industri mesin pencari. Banyak yang meramal kehancuran Google. Dengan adanya ChatGPT, jawaban mesin pencari Google yang berupa tautan ke informasi yang dicari, dan mungkin salah satunya adalah iklan sudah tidak lagi relevan.
Alih-alih menggunakan Google, orang-orang diperkirakan pindah ke Bing, mesin pencari besutan Microsoft, salah satu investor terbesar OpenAI, perusahaan yang membuat ChatGPT.
Oleh karena itu, Google buru-buru merilis teknologinya yang serupa dengan ChatGPT yang bernama Bard ke publik. Perusahaan tetknologi lain pun tidak mau kalah. Meta misalnya, merilis LLaMA, Baidu meluncurkan Ernie Bot, dan Alibaba dengan Tongyi Qianwen. Akan tetapi tren pencariannya tidak setinggi ChatGPT. ChatGPT sudah memenangkan pertarungan daring.

Saya kira ada dua hal yang membuat ChatGPT memenangkan pertarungan. Alasan yang pertama adalah ChatGPT merupakan teknologi LLM (Large Language Model) yang dirilis lebih awal dengan output yang membuat kagum banyak pihak. Sesuai dengan hukum pemasaran, Law of Leadership — It’s better to be first than it is to be better. Setiap orang ingat Charles Lindbergh, tapi apakah ada yang ingat Bert Hinkler? Meskipun dia terbang lebih cepat dengan bahan bakar yang lebih sedikit saat melintasi Atlantik.
Alasan yang kedua adalah, banyaknya para influencer yang mulai menulis mengenai ChatGPT. Semakin banyak yang menulis, semakin banyak orang yang terekspose dengan dengan ChatGPT, pada akhirnya semakin banyak yang penasaran dengan mencari ChatGPT dengan mesin pencari.
Namun akhir-akhir ini, tone dari konten mengenai ChatGPT mulai berubah. Dan saya curiga bahwa Google menggunakan AInfluencer untuk menulis mengenai produk AI yang ada di Google dengan menegasikan ChatGPT. Seperti terlihat pada dua twit berikut ini yang diposting tanggal 5 Mei oleh Zain Kahn,
dan juga oleh Paul.ai,
Tidak berhenti sampai disini, pada hari-hari berikutnya, beberapa konten terkait Google Bard juga mulai tayang, dengan tanggal posting yang berbeda-beda sedikit.
Opini saya, lagi-lagi ada dua hal kenapa AInfluencer membuat konten mempromosikan Bard dan membuat ChatGPT seolah-olah obsolete. Kemungkinan pertama, mereka adalah para marketer dan AInfluencer bro yang berkepentingan membuat konten-konten yang menarik perhatian dan pada akhirnya berjualan newsletter. Di akun mereka, mereka sepertinya sudah kenyang dengan membuat konten terkait Artificial Intelligence dan ChatGPT. Menulis mengenai Google Bard adalah salah satu cara untuk menarik perhatian pada masa ini.
Yang kedua adalah, Google bekerja sama dengan AInfluencer untuk mulai mereview dan menulis product AI-nya Google, termasuk AI extension di Chrome dan juga Google Bard. Sayangnya, saya tidak tahu apa yang terjadi di belakang layar.