Banyak Jalan Menuju Puncak, Tapi Tidak Seperti yang Anda Kira

Amir Harjo
3 min readJul 13, 2024
Sumber: Pribadi

Bayangkan kamu tinggal di Jakarta, punya keluarga dan bekerja dengan giat tiap hari. Kira-kira aktivitas apa yang bisa kamu lakukan ketika ada long weekend ataupun liburan sekolah? Bagi yang karir cukup moncer dan memiliki uang berlebih, pergi ke Bali dan Singapura mungkin adalah pilihan yang cukup nyata. Untuk yang dananya tidak melimpah, pergi ke Ancol, Anyer ataupun Puncak adalah jawabannya.

Dan ketika membicarakan Puncak, maka yang terbayang adalah hawanya yang dingin, sejuk, dan pemandangan yang indah. Banyak ragam aktivitas yang bisa dilakukan, mulai dari wisata kuliner, hiking, menginap di hotel atau villa, berkemah ataupun ke tempat wisata dengan pemandangan gunung atau sungai yang menawan.

Saya, istri dan anak-anak saya juga menjadikan puncak sebagai salah satu opsi ketika kami memiliki waktu luang. Dan karena sudah beberapa kali kami ke Puncak, jadi kami paham bahwa ada banyak jalan menuju puncak, tidak hanya melalui jalan Ciawi yang cukup padat.

Suatu waktu dulu, ketika masa liburan sekolah, kami berencana menginap disuatu hotel disuatu lembah. Sebelum menuju kesana, kami mampir dahulu ke Taman Safari. Sudah menjadi kebiasaan kalau sesekali kami juga mengecek media sosial. Ternyata saat itu, jalan menuju puncak sedang ditutup karena ada longsor. Padahal hotel kami ada disisi sebelah lain puncak dan uang pun sudah dibayar. Tentu saja melewati jalan yang biasa akan memakan waktu karena harus menunggu sampai jalan sudah dibuka.

Dengan berbekal Google Maps, kami mengendarai mobil kami ke arah bawah ke arah Sentul. Dari Sentul, kami diberi arah oleh Google Maps untuk melewati jalan yang kami sendiri tidak familiar. Hari itu sudah gelap, sudah melewati Isya. Jalanan sangat becek karena hujan. Lampu penerangan jalan ala kadarnya karena memang jalan alternatif sisi pegunungan ini tidak terbangun dengan baik. Selain itu di sisi kanan kami adalah jurang. Kami sangat tidak nyaman dan khawatir. Bagaimana kalau bensin kami habis? Bagaimana kalau terperosok? Bagaimana ban kami bocor? Untungnya, ada beberapa mobil yang kadang berkendara bersama kami. Mungkin mereka juga menghindari jalanan yang ditutup.

Setelah berkendara beberapa jam, mendekati pukul sepuluh malam akhirnya kami sampai di tujuan. Tetapi ada beberapa informasi yang membuat kami menyesal. Ternyata, tanah longsor sudah bisa diatas beberapa jam yang lalu. Jadi kami sebenarnya membuang banyak waktu di jalur alternatif. Tapi bagusnya adalah kami jadi tahu jalur alternatif ini dan setelah itu kami beberapa kali melewati jalan itu pada siang hari. Memang jalannya tidak padat dan bisa memotong waktu tempuh kalau kita menuju Ciawi-Cibodas. Di sepanjang jalan alternatif ini juga jamak tempat wisata semisal untuk berkemah ataupun menikmati pemandangan sambil menyesap kopi. Akan tetapi sangat tidak disarankan untuk menggunakan jalur ini pada malam hari.

Pada waktu yang lain, selang lima tahun dari kejadian pertama, kami lagi-lagi berencana untuk menginap di salah satu hotel di daerah Cipanas, turun sedikit dari Puncak. Karena sedang libur sekolah, tentunya jalanan menuju Puncak padat merayap, meskipun hari itu hari kerja.

Lagi-lagi kami mengandalkan alat andalan kami yaitu Google Maps. Menurut pantauan Google Maps, ada jalan alternatif yang bisa menjangkau tempat kami lebih cepat, kira-kira satu jam. Dengan semangat petualangan tinggi, kami mengikuti rekomendasi yang ada di peta. Tak disangka, ternyata banyak mobil yang mengikuti saran dari Google Maps. Jalanan yang sempit melewati perumahan padat ataupun areal persawahan menemani perjalanan kami. Karena jalanan sempit dan tidak terawat, ada area-area tertentu sepanjang perjalanan yang membuat kami harus antri agar bisa lewat. Rencana kami untuk bisa sampai di hotel dalam tiga sampai empat jam tertunda menjadi tujuh jam perjalanan.

Sumber: Pribadi

Pengalaman waktu berangkat ini membuat kami kapok dan tidak ingin menggunakan jalur alternatif. Karena selain jalanan sempit, fasilitas seperti tempat makan untuk istirahat ataupun buang hajat juga sangat terbatas. Maka kami mengambil jalan utama untuk pulang. Dan seperti yang diharapkan, dengan padatnya jalanan, kami membuang waktu hampir delapan jam untuk pulang.

Kalau anda menjadi saya, anda akan memilih mana untuk menuju Puncak? Menggunakan jalan alternatif atau menggunakan jalan utama?

(Note: Seminggu sebelumnya sudah di publish di Kompasiana dan menjadi artikel utama/headline)

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Amir Harjo
Amir Harjo

Written by Amir Harjo

Hi, I am Amir Harjo. I like to read. I want to consistently write about things I am curious about. If you like my writing, please claps or comment.

No responses yet

Write a response