Judi Online dan Apakah Kita Masih Bisa Membangun Harapan?

Amir Harjo
4 min readApr 28, 2024

--

Beberapa hari yang lalu, salah satu teman saya posting di grup WhatsApp. Isinya adalah statistik mengenai kondisi bahwa Indonesia sekarang dalam kondisi darurat judi online. Indonesia menjadi peringkat satu di dunia dengan jumlah pemain judi online terbanyak di dunia.

Sumber: Drone Empril

Postingan ini ditimpali rekan lain yang menunjukkan kondisi yang berbeda. Yaitu Indonesia termasuk dalam salah satu dari 10 negara paling religius di Dunia versi CEOWORLD.

Sumber: Detik dan CEO World

Kedua statistik ini tampak sangat berkebalikan. Dan yang pertama kali terlintas dalam kepala saya adalah, apakah cara penghitungan kedua berita yang bertolak belakang ini sudah tepat?

“Perkiraan tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok, India, dan negara-negara berkembang lainnyalah yang meningkatkan emisi karbon dioksida mereka dengan kecepatan yang akan menyebabkan perubahan iklim yang berbahaya. Faktanya, Tiongkok sudah mengeluarkan lebih banyak CO2 dibandingkan Amerika Serikat, dan India mengeluarkan lebih banyak CO2 dibandingkan Jerman.”

Pernyataan terus terang ini datang dari menteri lingkungan Uni Eropa yang menjadi bagian dari diskusi panel mengenai perubahan iklim di World Economic Forum in Davos pada bulan January 2007. Dia menyatakan pernyataan yang bernada menuduh dengan dengan gaya tenang dan nada suara yang netral seolah-olah dia menunjukkan fakta yang sudah pasti. Seandainya dia melihat bagaimana wajah-wajah delegasi dari India dan Cina pada forum tersebut, terntunya dia akan sadar bahwa tuduhannya tidaklah self-evident. Delegasi dari Cina tampak marah, tapi tetap melihat kedepan dengan tajam. Delegasi India reaksinya berbeda. Mereka tampak duduk tidak tenang dan dia mengangkat tangan agar diizinkan berbicara oleh moderator.

Delegasi dari India berdiri. Suasana menjadi hening. Turban biru tuanya yang elegan, kemeja jas abu-abu dan cara dia membawa diri dalam situasi panas ini menunjukkan bahwa delegasi ini bukan orang sembarangan. Beliau adalah orang dengan pangkat tinggi dipemerintahan dan mempunyai pengalaman yang panjang sebagai pemimpin ahli di World Bank dan International Monetary Fund. Sambil melihat perwakilan dari negara kaya dia bicara lantang dan dengan nada menuduh, ”Andalah, negara-negara kaya, yang menempatkan kami semua dalam situasi sulit ini. Anda telah membakar batu bara dan minyak dalam jumlah yang semakin lama semakin banyak selama lebih dari satu abad. Anda dan hanya Anda yang mendorong kami ke ambang perubahan iklim.”

Kemudian dia tiba-tiba mengubah postur tubuhnya, mengatupkan telapak tangannya dan memberi salam India, membungkuk, dan hampir berbisik dengan suara yang sangat ramah, ”Tetapi kami memaafkanmu, karena kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan. Kita tidak boleh menyalahkan seseorang secara retrospektif atas kerugian yang tidak kalian sadari.”Kemudian dia menegakkan tubuh dan menyampaikan ucapan terakhirnya sebagai hakim yang memberikan putusannya, menekankan setiap kata dengan menggerakkan jari telunjuknya secara perlahan. “Tetapi mulai sekarang kita menghitung emisi karbon dioksida per orang”.

Saya setuju dengan orang India yang dengan berani melawan dominasi negara-negara kaya saat konferensi Davos seperti cerita di atas. Wajar India dan Cina memiliki emisi karbon yang tinggi. Masing-masing negara merupakan negara berpenduduk tertinggi di dunia. Jika semua aktivitas ekonomi yang menghasilkan CO2 dihitung seperti pabrik, transportasi ataupun aktivitas untuk menghasilkan energi dihitung, tentu semakin banyak jumlah penduduk, akan semakin banyak aktivitas dan emisi CO2 akan semakin banyak. Perhitungan emisi absolut CO2 tanpa mempertimbangkan jumlah penduduk membuat negara-negara kecil seperti Singapura atau Norwegia bisa seenak sendiri melakukan aktivitas dengan emisi CO2 yang besar tanpa takut diaudit oleh negara-negara kaya.

Cerita ini menyambung dengan statistik judi online yang di posting oleh rekan saya. Ketika kita melihat jumlah pemain judol, apakah melihat angka absolut tanpa melihat jumlah penduduknya adalah cara penyajian data yang tepat? Dan apakah jika disajikan per satu juta jumlah penduduk, Indonesia masih menjadi negara yang darurat judi online?

Dengan mengumpulkan jumlah penduduk dari berbagai sumber, ternyata dari negara-negara yang ada dalam postingan tersebut Indonesia masih di nomor 2.

Sumber: Coretan Pribadi

Jadi, Indonesia memang darurat judi online. Karena Indonesia hanya kalah dari Kamboja yang merupakan sumber dari sindikat judi di Asia Tenggara. Bahkan statistik yang dishare oleh rekan saya itu adalah data tahun 2023 dari Drone Emprit. Bulan April 2024, jumlah pemainnya sudah mencapai 2,7 juta yang didominasi oleh anak-anak muda berumur 17–20 tahun.

Memang secara statistik ternyata Indonesia mengkhawatirkan. Dan bibit-bibit mengkhawatirkan dan pesimisme ini saya khawatir menjalar ke generasi-generasi muda. Bahkan anak saya memposting di group WhatsAppnya bahwa tahun 2045 Indonesia tidaklah menyambut generasi emas, tapi generasi Judol. Beberapa rekannya mengaminkan. Semoga mereka bercanda. Karena kalau generasi mudanya saja melihat masa depan Indonesia yang suram, kemana lagi asa harus digantungkan?

--

--