Kita Tunduk pada Cerita. Kenapa Moonswatch Edisi “Mission to Moon” Susah Didapat?

Amir Harjo
4 min readApr 9, 2023

Sumber: Shutterstock/MarketingWeek.com

Tidak ada cerita yang sedemikian indah untuk sebuah jam. Pada bulan April tahun 1970, Apollo 13 meluncur ke angkasa dengan misi pendaratan di Bulan. Mengikuti jejak pendahulunya setahun sebelumnya.

Sungguh sayang, sekitar 320 ribu km dari Bumi, tangki oksigen nomer 2 meledak. Dan kalimat ampuh pun terdengar, “Houston, we’ve had a problem here”. Ledakan itu membuat suplai normal oksigen, listrik, cahaya dan air terganggu.

Misi batal. Mereka terbang dengan dua modul pesawat, Command Module yang dinamakan Odyssey dan Lunar Module yang dinamakan Aquarius yang seharusnya digunakan untuk mendarat di Bulan. Akibat insiden ini, mereka menggunakan Lunar Modul untuk kembali ke Bumi.

Untuk menghemat energi, mereka mematikan peralatan-peralatan elektronik. Navigasi mengandalkan alat manual seperti pandangan mata, seperti adegan terkenal oleh Tom Hanks di film “Apollo 13”.

Ini yang menarik. Ketika pesawat mendekati atmosfir Bumi, pesawat harus bermanuver agar bisa memasuki Bumi pada sudut yang tepat. Manuver ini dilakukan dengan membakar bahan bakar dan menyalakan mesin dalam beberapa detik. Dengan semua alat elektronik mati, bagaimana mereka memastikan bahwa waktu pembakarannya presisi? Untungnya para astronot itu dibekali dengan jam tangan “Speedmaster” dari Omega.

Ketika Lunar Module mulai turun, pembakaran pertama yang berlangsung selama 14 detik ternyata sangat presisi sehingga hanya membutuhkan dua kali lagi manuver penyesuaian. Ini adalah 14 detik yang sangat berharga karena kru akhirnya bisa kembali ke Bumi dengan selamat.

Ini adalah cerita yang sangat menarik untuk sebuah brand. Tidak ada deal khusus antara Omega dengan NASA. NASA memilih Omega karena jam ini adalah pilihan terbaik dikondisi tanpa beban di angkasa. Omega Speedmaster sekarang menjadi “Moonwatch” dan dibagian belakang tertulis “The first watch worn on the moon”.

Omega Moonwatch — walaupun harganya tidak semahal Rolex, Hublot dan jam fashion mahal yang lain — , untuk kebanyakan orang harganya masih cukup mahal. Harganya mendekati 6000 pounstering, lebih dari 100 juta rupiah.

Oleh karena itu, ketika tahun lalu Omega bekerja sama dengan Swatch untuk membuat edisi “Moonswatch”, orang-orang seperti kehilangan pikiran. Kita tahu bahwa Swatch membuat jam-jam cantik mirip permen dengan harga yang terjangkau. Jam yang dibuat ini berkualitas Swatch, tetapi ada branding Omega dan Speedmaster. This is a good deal!

Tidak heran pada hari peluncurannya pada bulan Maret 2022, beberapa gerai Swatch di kota-kota dunia antri mengular panjang, seperti di London, Geneva hingga ke Hong Kong, Melbourne, dan Miami.

Di Indonesia sendiri Moonswatch hadir 5 bulan setelah peluncurannya yang heboh. Ada 11 varian yang dijual yang masing-masing melambangkan misi ke planet-planet yang ada di tata surya kita, yang namanya akan dimulai dengan “Mission to [planet, moon, sun]”.

Sayangnya, tidak semua gerai Swatch menjual Moonswatch. Pada saat saya jalan-jalan ke Pondok Indah Mall 1 dan mengunjungi gerai Swatch, Moonswatch ini hanya dijual di Senayan City dan Kota Kasablanka. Bahkan saat ini, hanya gerai Senayan City yang menjual Moonswatch berdasarkan obrolan saya dengan mas-mas yang menjaga gerai Swatch.

Dua varian Moonswatch yang paling terkenal dan cepat laku adalah “Mission to Moon” dan “Mission to Mercury” yang bercorak hitam dan abu-abu.

Karena saya sedang ingin beli jam tangan dan ingin membeli jam tangan yang punya cerita, tentu saja untuk Moonswatch ini, saya ingin membeli edisi Mission to Moon. Karena edisi “Mission to Moon” ini secara cerita sangat dekat dengan kejadian tahun 1970.

Kedatangan saya yang pertama dan kedua ke Senayan City pada waktu siang hari sekitar jam 11–12 siang tidak membuahkan hasil. Mission to Moon sudah habis sejak pagi dan tiap hari hanya ada tambahan stok 2 atau 3 jam tangan dengan variasi yang sama.

Oleh karena itu, pada kunjungan ketiga, saya ingin lebih pagi daripada orang-orang lain. Jadi saya datang sebelum jam 10. Perlu diingat ya, bahwa Senayan City akan buka jam 10, jadi sebelumnya, seharusnya tidak ada orang lain selain karyawan yang bisa masuk area mall. Sayangnya, walaupun saya sudah masuk sekitar 9.50 am, ternyata sudah banyak orang yang mengantri. Tentu saja saya tidak mendapatkan jam tangan dambaan saya.

Kalau dilihat para profil yang mengantre jam tangan itu, sepertinya mereka bukan kolektor jam tangan. Mereka lebih mirip para pengusaha jastip.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Apakah saya tiga kali ke mall untuk mendapatkan jam tangan sudah seperti perilaku orang gila? Obrolan dengan salah satu bapak-bapak beruban banyak mengatakan bahwa beliau sudah datang 10 kali ke toko Swatch di Senayan City dan belum mendapatkan jam yang diidamkan. Ada yang lebih gila!

Jadi, bulan April 2023, so far saya belum mendapatkan jam tangan dambaan saya. Dan dengan adanya peluncuran baru Moonswatch yang berjudul “Mission to Moonshine Gold” pada bulan Maret 2023 yang sukses membuat orang mengantri di kota-kota besar, sepertinya keinginan saya untuk membeli Moonswatch masih akan tertunda karena hype Moonswatch masih akan bertahan cukup lama.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Amir Harjo
Amir Harjo

Written by Amir Harjo

Hi, I am Amir Harjo. I like to read. I want to consistently write about things I am curious about. If you like my writing, please claps or comment.

No responses yet

Write a response