Makhluk Bertalenta dan Tidak Kaya

Amir Harjo
3 min readJun 16, 2024

--

Source: Unsplash

Misalnya kamu ada dalam ruangan yang berisi 100 orang. Kalau kamu ditanya,

“Tinggi badanmu di bawah rata-rata atau di atas rata-rata?”

“Kira-kira kecerdasanmu apakah di atas rata-rata atau di bawah rata-rata?”

“Apakah kemampuan mengemudimu diatas rata-rata atau di bawah rata-rata?”

Bagaimana kamu akan menjawabnya? Untuk pertanyaan pertama, mungkin akan menjawab cukup akurat. Kamu tahu tinggi badanmu berapa, kamu bisa melihat tinggi badan orang-orang disekitarmu berapa dan kamu bisa mengira-ngira posisimu ada di mana.

Untuk pertanyaan kedua, kamu sudah pengalaman bersekolah cukup lama. Kamu sudah pengalaman bertahun-tahun sekolah dan tahu nilaimu berapa. Kamu mungkin juga pernah tes IQ. Kamu tahu posisimu dimana, cuma mungkin tidak terlalu akurat. Karena, bisa jadi ada pertanyaan lanjutan, kecerdasan yang mana? Saya mungkin bagus disatu hal dan tidak bagus dihal yang lain.

Untuk pertanyaan ketiga, cara menjawabnya cukup susah. Kalau kamu bisa menyetir dan tidak pernah kecelakaan, atau ada insiden kecil-kecil di jalan, berarti seperti kebanyakan orang, mungkin kamu akan merating kemampuan mengemudimu sedikit diatas rata-rata. Dan anda tidak sendiri.

Ketika mengukur talenta yang ukurannya tidak terlalu jelas, orang kebanyakan sangat percaya diri. Menurut peneliti, fenomena ini disebut sebagai overconfident effects.

Fenomena ini cukup menjamur di banyak bidang. Misalnya, menurut Taleb, 84 persen laki-laki Perancis menganggap bahwa mereka adalah seorang kekasih (lovers) diatas rata-rata. Dalam survey yang lain, 93 persen dari mahasiswa di Amerika menganggap diri mereka seorang pengemudi diatas rata-rata. Dan, 68 persen dosen di Universitas Nebraska menganggap diri mereka sebagai top 25 persen untuk kemampuan mengajar. Tanpa overconfident effect, seharusnya angkanya 50 persen di bawah rata-rata dan 50 persen di atas rata-rata.

Tapi, jangan menganggap bahwa overconfident ini buruk. Karena tanpa overconfident ini, mungkin banyak orang yang tidak mau mengambil resiko berlebih, misalnya menjadi seorang pengusaha. Seorang pengusaha pasti memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi meskipun tinggal kegagalannya juga sangat tinggi.

Orang-orang sangat percaya diri untuk merating diri mereka mengenai kemampuan yang mereka punyai. Akan tetapi, informasi berkata lain ketika orang-orang membicarakan tentang kekayaan. Dalam situs Motley Fool, salah satu situs tentang keuangan, banyak orang Amerika percaya bahwa memiliki kekayaan 1 juta dollar itu termasuk dalam middle class. Dulu mungkin memiliki 1 juta dollar termasuk orang kaya, tapi tidak untuk saat ini.

Motley Fool mengutip data dari Ameriprise. Dalam penelitian tersebut, 60 persen orang dengan kekayaan di atas 1 juta dollar atau lebih melabeli diri mereka sendiri sebagai upper middle class, sedangkan 31 persennya merasa mereka hanya middle class. Hanya 8 persen orang Amerika dengan kekayaan minimal 1 juta dollar merasa mereka adalah orang kaya.

Sementara itu, orang-orang dengan kekayaan 25,000–999,000 dollar, 25 persen melabeli diri mereka sendiri sebagai upper middle class and 58 persen merasa mereka adalah middle class. Dan 2 persen merasa bahwa diri mereka kaya.

Tapi, bagaimana kenyataannya? Menurut Yahoo Finance, 2 persen teratas orang terkaya di Amerika itu memiliki kekayaan sekitar 2.472 juta dolar. Orang dengan kekayaan kira-kira 1.03 juta dollar, mereka itu masuk 5 persen orang terkaya di Amerika.

Jadi orang-orang dengan kekayaan satu juta dollar itu sebenarnya, mereka sudah masuk top 5 persen orang terkaya di Amerika. Akan tetapi, mereka merasa di tengah-tengah, di 50%.

Bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya, saya belum pernah melihat survey semacam ini di Indonesia, yang menyatakan mengenai kekayaan aktual yang dimiliki oleh seseorang dan jawaban mengenai mereka termasuk kategori yang mana.

Jadi begini kesimpulannya, untuk masalah kemampuan, manusia merasa mereka diatas rata-rata, sedangkan tentang kekayaan, mereka merasa biasa-biasa saja. Itulah kenapa banyak orang yang besar kepala tapi tak pernah puas dengan dunia. Dalam hal ini, saya hanya menduga-duga.

Sumber:

[1] Rolf Dobelli: The Art of Thinking Clearly

[2] Motley Fool: https://www.fool.com/the-ascent/personal-finance/articles/most-millionaires-say-theyre-only-middle-class-data-shows/

[3] Yahoo Finance: https://finance.yahoo.com/news/rich-heres-americans-think-considered-182847861.html

[4] CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/research/20230802090004-128-459410/separuh-lebih-uang-di-bank-dikuasai-oleh-hanya-002-penduduk

--

--