Perlunya Dukungan Agar Ibu Bisa Kembali Bekerja Setelah Vakum Dari Dunia Professional

Amir Harjo
4 min readApr 22, 2022

--

Working mom with baby (source: express.co.uk)

Setelah pindah ke rumah baru, setiap malam kami kedatangan tamu yang istimewa. Seekor musang abu-abu gemuk selalu melewati pagar belakang rumah kami. Berjalan bolak-balik seolah ini adalah teritorinya. Saya menyangka ini adalah musang betina yang sedang aktif mencari makanan buat anak-anaknya. Meskipun ini berarti melewati daerah-daerah beresiko untuk mengorbankan diri. Seperti pagar belakang rumah saya.

Saya kira tidak ada yang menyangkal bahwa seorang Ibu rela mengorbankan banyak hal untuk anak-anaknya. Fase golden momen mencakup pertumbuhan anak pada masa awal-awal hidupnya. Banyak ibu bekerja yang rela untuk meninggalkan karirnya demi memperoleh kesempatan untuk membentuk anak-anaknya pada masa yang sangat krusial.

Istri saya dahulu bekerja di salah satu perusahaan Telekomunikasi plat merah dengan penghasilan yang lumayan. Agar bisa memantau perkembangan anak, dia rela mengundurkan diri dari perusahaan agar bisa mengurus anak kami dengan lebih intensif. Meskipun karir saya saat itu juga sedang di ujung tanduk.

Golden momen perkembangan anak mungkin hanya sampai umur dua tahun. Akan tetapi, seorang ibu baru merasa nyaman melepas anak ketika memasuki usia SD. Ketika anak memasuki usia SD, dia sudah cukup mandiri dan waktu yang dibutuhkan dari seorang ibu semakin sedikit.

Dahulu, sangat normal untuk seorang wanita untuk memiliki anak yang banyak. Nenek saya memiliki 12 anak. Ibu saya memiliki 8 anak. Misalnya, jarak antara anak pertama dan terakhir terpaut 20 tahun, maka seorang perempuan akan menghabiskan sekitar 25 tahun dari hidupnya untuk memenuhi semua golden momen dari anak-anaknya.

Seandainya seorang wanita masa kini memiliki anak seperti perempuan masa lalu, dengan perkiraan usia menikah sekitar 25 tahun, maka mereka akan cukup lega untuk memiliki waktu sendiri sekitar umur 50 tahun. Sekitar 8 tahun sebelum memasuki usia pensiun.

Akan tetapi, perempuan masa kini sekitar 2–3 anak. Dengan jarak usia anak sekitar 2 tahun, ini berarti mereka akan menghabiskan 12 tahun untuk menyiapkan anak sampai cukup mandiri. Ketika itu, usia mereka sekitar 35 tahun sampai dengan 40 tahun. Usia yang cukup produktif dengan waktu yang cukup panjang sampai mencapai pensiun.

Banyak dari wanita-wanita tersebut adalah wanita dengan pendidikan tinggi dan kecerdasan yang cukup baik. Akan tetapi, sepertinya ada kesulitan tersendiri untuk para wanita dengan gap year untuk kembali ke lapangan dan bekerja. Back to the ring. Salah satunya karena mereka sudah cukup lama tidak bekerja dan kemungkinan skill yang dulu mereka punyai sudah tidak terlalu relevan dengan perkembangan dunia yang sangat cepat seperti sekarang. Selain itu, persaingan dari angkatan muda yang baru lulus kuliah juga cukup tinggi. Anak-anak muda yang kemungkinan besar untuk tidak menuntut banyak hal dan bisa digaji dengan cukup murah.

Sebenarnya ini cukup disayangkan. Dengan kecerdasan yang tinggi, para wanita dengan pendidikan baik tersebut setidaknya bisa memiliki produktivitas yang baik jika diberdayakan. Saya yakin dengan pelatihan yang tidak lama, mereka bisa mengisi kursi pekerjaan dengan kinerja yang produktif, ditambah dengan kemampuan emosional yang lebih baik. Banyak dari mereka yang memiliki keinginan untuk kembali bekerja, akan tetapi tidak tahu harus memulai dari mana.

***

“Aku senang bisa kembali mengejar impianku”, sebuah kalimat yang terdengar dari televisi ketika menemani anak menonton reality show I can see your voice. Ternyata itu adalah kalimat yang keluar dari seorang wanita yang 20 tahun lalu pernah berkarir sebagai penyanyi dan kemudian berhenti setelah menikah dan memiliki anak. Dua puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar, dan ternyata suaranya masih cukup menawan dan membuat penonton terdiam.

Atau seperti kisah original Layangan Putus. Dimana sang ibu mengasah kembali keterampilannya dalam bidang kedokteran hewan. Memang tidak instan, akan tetapi akhirnya berhasil juga untuk kembali berkarir dalam dunia kedokteran hewan. Setelah hampir 10 tahun tidak berkarir di bidangnya.

Ada juga kisah lain yang cukup trending di linkedin. Seorang ibu kembali mengasah keterampilan engineeringnya, belajar mandiri dengan suaminya sebagai mentor. Setelah enam bulan berjalan, akhirnya dia bisa kembali bekerja di konsultan IT ternama.

***

Memang tidak mudah dan jalanan cukup terjal untuk seorang wanita untuk kembali ke tempat kerjanya setelah cukup lama vakum dari dunia professional. Tetapi itu bukan sesuatu yang tidak mungkin. Yang dibutuhkan adalah kemauan sang wanita tersebut ditambah dengan dukungan keluarga. Tentu, jika ada dukungan dari perusahaan untuk secara terbuka memberi kesempatan kepada para wanita dengan gap year yang cukup besar, hal itu akan membuat semua menjadi lebih mudah.

Tidak apa-apa ketika ingin fokus di rumah bersama anak-anak terlebih dahulu. Selama ada kemauan dan kesediaan untuk berusaha, jalan akan selalu terbuka lebar untuk berkarir di kemudian hari ketika anak-anak beranjak besar.

Selamat hari Kartini.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Amir Harjo
Amir Harjo

Written by Amir Harjo

Hi, I am Amir Harjo. I like to read. I want to consistently write about things I am curious about. If you like my writing, please claps or comment.

No responses yet

Write a response