Tahun 2023, Ada 8 Perusahaan Indonesia Masuk Dalam Top 2000 Perusahaan Versi Forbes. Jumlah yang Wajar?
Pada awal Juni 2023, beberapa media online, salah satunya Detik, menulis mengenai adanya 8 perusahaan Indonesia yang masuk ke dalam 2000 perusahaan terbaik dunia versi majalah Forbes. Ada empat kriteria yang digunakan oleh Forbes dalam menentukan perusahaan yang layak masuk dalam top 2000 perusahaan dunia, yaitu penjualan, keuntungan, aset dan nilai pasar.
Dengan empat kriteria yang tampaknya cukup ketat, maka tak heran banyak yang cukup bangga dengan pencapaian Indonesia ini. Akan tetapi, apakah dengan 8 perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes adalah jumlah yang wajar? Apakah seharusnya ada lebih atau kurang dari 8 perusahaan Indonesia yang masuk daftar ini?
Indonesia pada tahun 2023 ini adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat di dunia. Sayangnya, dengan 8 perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes, Indonesia merupakan negara dengan ranking 26 berdasarkan jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar.

Tapi, tentu saja penilaian berapa jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar dengan membandingkan dengan jumlah penduduk merupakan penilaian yang tidak adil. Bahkan, kalau kita melihat korelasi antara ranking jumlah penduduk dengan ranking jumlah perusahaan, tampaknya tidak ada korelasi sama sekali.

Dalam chart, tampak banyak negara dengan penduduk terbanyak memiliki jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar cukup sedikit. Misalnya Indonesia dan Pakistan.
Kalau bukan jumlah penduduk, kira-kira apa yang memiliki hubungan yang erat dengan jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar? Saya berspekulasi, ini ada hubungannya dengan jumlah tranksaksi ekonomi yang terjadi dalam negara tersebut, misalnya kira bisa melihat korelasi antara GDP dengan jumlah perusahaan ataupun GDP perkapita dengan jumlah perusahaan.
Korelasi GDP vs Jumlah Perusahaan
Tampaknya memang ada korelasi antara GDP dengan jumlah perusahaan. Memang, ada tiga negara yang mendominasi baik dari sisi besaran GDP dan juga jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar, yaitu Amerika Serikat, Cina dan Jepang.

Dengan tidak mengikutsertakan tiga negara tersebut, didapatkan bahwa ada korelasi sebesar 79% antara GDP dengan jumlah perusahaan.

Bagaimana dengan pendapatan perkapita? Apakah ada korelasi dengan jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar? Sayangnya, dengan menggunakan metode analisa yang sama, korelasi yang didapatkan hanya 26%.

Nah, jadi jelas ya, jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes memiliki korelasi yang kuat dengan GDP. Sayangnya, kalau kita lihat grafik korelasi antara GDP dengan jumlah perusahaan, dengan GDP yang dimiliki Indonesia sekarang, perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes masih terlalu sedikit. Hal ini dapat dilihat dalam grafik bahwa Indonesia ada dibawah garis regresi. Indonesia menurut perhitungan ini, seharusnya memiliki sekitar 24 perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes.
Tapi, tak usah berkecil hati. Hasil akan terlihat kalau kita terus berusaha. Salah satu upaya wajar untuk menambah jumlah perusahaan selain dengan operasi perusahaan yang lebih baik dan konsisten adalah dengan menaikkan GDP negara Indonesia.
Apa yang berpengaruh terhadap GDP?
Salah satu input penting dari GDP adalah jumlah penduduknya. Semakin besar jumlah penduduknya, maka aktivitas ekonomi makin besar. Semakin produktif setiap individu penduduknya, maka akan semakin besar pula GDP negara tersebut.
Produktivitas bisa dihitung dengan pendapatan per kapita. Kira-kira hal apa yang berpengaruh terhadap GDP perkapita? Salah satu hipotesis adalah tingkat inovasi. Jika kita melihat korelasi antara Innovation Index dengan GDP perkapita, memang keduanya memiliki hubungan yang kuat. Bahkan, GDP perkapita memiliki nilai eksponensial ketika Innovation Index memiliki nilai 50 keatas.

Seorang yang produktif dan inovatif tentunya sangat senang dengan lingkungan kerja yang berdasarkan prestasi (merit). Tentu lingkungan kerja yang sarat dengan korupsi dan nepotisme menyebabkan orang mencari cara-cara yang mudah, memotong aturan demi mendapatkan penghasilan yang besar. Apakah ini berarti ada hubungan antara CPI (Corruption Perception Index) dengan Innovation Index? Corruption Perception Index adalah index kebersihan sebuah negara dari korupsi. Semakin tinggi nilainya, maka negaranya semakin bersih dari korupsi.
Dan memang, ada hubungan yang kuat antara korupsi dan inovasi. Korelasi antara kebersihan sebuah negara dengan inovasi sangat kuat, sebesar 84%.

Jadi apa kesimpulannya?
- GDP dengan jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes memiliki korelasi yang kuat. Dengan 8 perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes dari Indonesia, jumlah ini masih terlalu sedikit karena berdasarkan regresi, Indonesia setidaknya memiliki sekitar 24 perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes.
- Salah satu upaya untuk menaikkan jumlah perusahaan yang masuk dalam daftar adalah dengan menaikkan GDP. Dan ini ternyata bermuara dari penegakan hukum yang adil untuk memberantas korupsi, yang pada akhirnya akan meningkat inovasi yang akan membuat sistem ekonomi yang kuat untuk meningkatkan GDP. Seperti pada ilustrasi dibawah ini.

Note: Kode R bisa dilihat di [sini]